Bismillahirrohmanirrohim
Melati kuntum tumbuh melata
Sayang merbah di pohon cemara
Assalamu’alaikum mulanya kata
Saya sembah pembuka bicara
Assalamu ‘alaikum Warrohmatullahi
Wabarokatu
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah mengutusnya membawa keterangan-keterangan faktual dan petunjuk-petunjuk,
guna menerangkan hal-hal yang belum diketahui oleh ummat manusia dan menunjuki
jalan Allah SWT.
Sholawat dan salam tak lupa kita
hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Dakwahnya yang merupakan acuan setiap
muslim dalam mengarungi setiap liku kehidupan.
Semoga pula Allah Ta’ala
senantiasa menurunkan rahmat dan kesejahteraan kepada sahabat-sahabat
Rasulullah yang telah dianugerahkan sebaik-baik fitrah, sebenar-benar aqidah
dan sebesar-besar pengorbanan. Merekalah yang pertama kali mendapat kehormatan
menjadi pengemban misi dakwah ke seluruh masyarakat dunia. Mudah-mudahan Allah
SWT meridhoi mereka dan orang-orang yang telah berbuat sama sesudahnya.
Ibu dan Bapak guru yang saya
hormati, serta teman-teman seperjuangan.
Pada kesempatan saya kali ini,
saya akan membawakan sebuah ceramah dengan judul “Takut Kepada Allah”.
Jika kita berbicara tentang takut kepada Allah,
maka terlintas di benak kita bagaimana nantinya hari kiamat tiba di hadapan
kita, bagaimana nantinya apabila kita dimasukkan kedalam api neraka karena
berbuat maksiat di dunia. Pernahkah kita tersadar bahwa lancangnya kita dalam
berbuat sesuatu yang dilarang agama, meninggalkan perintah agama, dan
meremehkan ajaran-ajaran agama? Itu semua karena betapa minimnya rasa takut
kita kepada Allah SWT.
Bahkan kita terkadang lebih takut kepada manusia, makhluk halus dari pada kepada Allah Ta'ala.
Allah SWT berfirman :
"Maka janganlah kamu takut kepada manusia, namun takutlah kepada-Ku." (QS. Al Maidah:44)
Firman-Nya di ayat lain :
"Maka janganlah kamu takut kepada mereka, melainkan takutlah kepada-Ku, jikalau kalian benar-benar beriman." (QS. Al Imran:175)
Takut kepada Allah (al
khauf minallah) adalah salah satu bentuk ibadah yang semestinya dicamkan
oleh setiap mukmin. Siapapun yang ingin meraih kebahagiaan dan keselamatan
hidup di dunia dan akhirat, hendaknya ia mulai menerapkan rasa takut kepada
Allah dalam setiap gerak langkahnya. Karena hanya dengan kita takut kepada
Allah SWT, maka kita dapat selamat dari kelalaian dan selamat dari segala macam perbuatan dosa atau maksiat.
Alkisah,
di tengah kaum Bani Israil ada seorang ahli ibadah. Ia memiliki banyak anak dan
keadaannya sangat terjepit. Saat itu, ia dan anak-anaknya sering dilanda
kelaparan. Istrinya lantas diperintah keluar rumah mencari sesuatu. Dan ia
berkunjung ke saudagar kaya, disana ia minta sesuatu yang bisa di makan oleh keluarga. Saudagar itu malah berkata :
“Boleh-boleh saja, asal kamu mau
menyerahkan tubuhmu kepadaku.”
Wanita itu hanya bisa diam.
Ia langsung kembali ke rumah. Namun, di rumah, ia mendengar teriakan
anak-anaknya.
“Ibu…… Ibu…… kami akan mati
karena lapar.”
Dia lantas pergi ke saudagar kaya
itu lagi. Ia menceritakan tentang anak-anaknya. Dan saudagar hanya berkata :
“Penuhilah keinginanku.”
Terpaksa wanita itu mengangguk.
Di saat saudagar berdua
dengannya, tiba-tiba tubuh sang wanita bergetar hebat. Saudagar heran dan
bertanya :
“Ada apa denganmu?”
“Sesungguhnya aku takut kepada
Allah.”
“Dengan keadaan miskin begini
masih takut kepada Allah?”
Sementara keadaan dirinya yang
kaya raya tidak takut kepada Allah! Maka ia segera sadar dan menyingkir dari
wanita itu. Dan dia membawakan banyak makanan untuk anak-anak wanita tersebut.
Kemudian Allah menurunkan wahyu
kepada Nabi Musa as.
“Berilah kabar kepada si fulan
(saudagar) bahwa Aku mengampuni dosa-dosanya.”
Nabi Musa as. pun mendatangi
saudagar itu, “Apakah engkau telah mengerjakan suatu kebajikan antara kamu dan
Tuhanmu?”
Ia pun menceritakan kisahnya
dengan seorang wanita. Nabi Musa as. kemudian berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala
mengampuni dosa-dosamu.”
Diriwayatkan bahwa Nabi saw. Bersabda
:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala
berfirman : “Tidak Kuberikan kepada hamba-Ku dua perasaan takut dan rasa aman,
(kecuali) barangsiapa yang takut kepada-Ku di dunia, maka Aku beri rasa aman di
akherat, dan barangsiapa yang merasa sudah aman dari-Ku, maka kelak dia Kuberi
rasa takut di hari kiamat.”
Sebagian orang merasa sudah banyak beramal, sudah banyak berbuat baik,
merasa sudah bertaqwa, merasa dirinya suci, sehingga ia pun merasa Allah tidak
mungkin mengadzabnya. Hilang darinya rasa takut kepada Allah.
Allah berfirman :
“Apakah kalian merasa
aman dari makar Allah? Tidaklah ada orang yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS. Al A'raf:99)
Bagaimana mungkin seorang
yang beriman merasa percaya diri dengan amalnya, merasa apa yang telah ia
lakukan pasti akan membuatnya aman dari adzab Allah? Sekali-kali bukanlah
demikian sifat seorang mukmin. Adapun orang beriman, ia senantiasa khawatir atas
dosa yang ia lakukan, tidak ada yang ia anggap remeh dan kecil.
Seorang mukmin senantiasa memiliki rasa takut kepada
Allah. Namun bukan berarti rasa takut ini menyebabkan kita putus asa dari
rahmat-Nya, sehingga kita merasa tidak akan diampuni, merasa amal kita sia-sia,
merasa pasti akan masuk neraka dan bentuk-bentuk keputus-asaan lain. Ini tidak
benar. Keimanan yang sempurna kepada Allah mengharusnya kita memiliki keduanya,
rasa takut (khauf) dan rasa harap (raja’). Dengan berputus-asa terhadap rahmat Allah seakan-akan
seseorang mengingkari bahwa Allah itu Ar Rahman (Maha Pemberi Rahmat), Ar Rahim (Maha Penyayang), dan Al Ghafur (Maha Pengampun).
Bergembiralah hati orang mukmin dan hati orang zuhud.
Orang mukmin ialah orang
yang takut kepada Allah Ta’ala dengan menjaga semua anggota tubuhnya. Sebagaimana
yang pernah dikatakan Abul Laits, “Orang yang takut kepada Allah Ta'ala terlihat tanda pada tujuh macam......."
- Lidahnya : mengatakan yang bohong, menggunjing, adu domba, membual atau perkataan yang tidak bermanfaat. Kemudian ia menyibukkan diri dzikir kepada Allah, membaca Al-Qur'an atau diskusi masalah ilmu.
- Hatinya : tidak akan mengeluarkan perasaan permusuhan, kebohongan, kedengkian terhadap kawan karena dengki mampu menghapus semua kebajikan.
- Pandangan : ia tidak akan memandang hal-hal yang haram. Juga memandang dunia tidak berdasarkan kesenangan, melainkan ia memandang sebagai pelajaran. Jelasnya, ia tidak memandang terhadap sesuatu yang tidak halal baginya.
- Perut : ia tidak akan memasukkan barang haram ke perutnya, karena hal itu merupakan dosa besar.
- Tangan : ia tidak akan menjamah barang haram, kecuali hanya mengambil sesuatu yang dapat menambah ketaatan kepada Allah Ta'ala.
- Kaki : ia tidak akan dibuat berjalan ke arah kemaksiatan, justru berjalan yang bisa membuat ia semakin taat dan ridho, yakni berkumpul dengan para ulama dan orang shaleh.
- Taat : sikap taatnya murni ikhlas karena Allah Ta’ala. Ia takut diselipi sikap riya’ dan munafik.
Jika rasa takut kita kepada Allah SWT telah
sempurna, maka kita tidak akan pernah takut kepada apapun, siapapun, selain
Allah. Jika rasa takut kita kepada Allah menipis, maka kita akan menjadi
semakin takut kepada makhluk. Dan inilah syirik tersembunyi yang hampir
kebanyakan dari kita mengalaminya. Dan solusi dari ini semua adalah mengikhlaskan
diri kepada Allah SWT.
Demikian lah
ceramah saya pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Kalau ada
jarum yang patah
Jangan di
simpan di dalam laci
Kalau ada
kata yang salah
Jangan di
simpan di dalam hati
Buah durian
buah markisa
Maka sekian
dari saya
Wassalamu’alaikum
Warrohmatullahi Wabarokatu